Untukmu [2003]


Untukmu adalah film indonesia yang beredar di tahun 2003. Dan sepertinya merupakan proyek ambisius seorang lulusan new york film academy bernama Asun Mawardi. Dimana dia memegang tiga jabatan sekaligus. Yaitu sebagai produser, sutradara dan skenario untuk film pertamanya ini.

Ryan—baca Rayen, bukan Riyan, dan pelis, sok bule banget sih—yang diperankan oleh Okan Kornelius, adalah mahasiswa pindahan yang terkenal jago bermain basket. Karena nilainya jeblok, sang dosen memberi referensi buku-buku yang sekiranya bisa dipelajari untuk bisa mengejar ketertinggalan. Saat sedang sibuk mencari buku diperpustakaan, Ryan bertemu dengan Laras (Asty Ananta), sukarelawan perpus dan merupakan mahasiswi terpandai di kampus. Hingga akhirnya dia meminta bantuan pada Laras agar mau mengajarinya materi yang susah. Sekaligus mengajarinya arti sebuah cinta.

Melihat hal itu, Anggie (Yunita David) yang selama ini secara frontal—kalau nggak mau dibilang lebay—mengejar cinta Ryan, jadi gerah dan berusaha menghalalkan segala cara untuk membuat cowok yang ditaksirnya nggak jatuh kepelukan Laras.

Dari segi cerita, untuk ukuran film yang beredar di tahun 2003 pun, Untukmu sudah terbilang basi. Parahnya, dari segi pengeksekusian, nggak ada hal-hal baru yang bisa dibanggakan dari sebuah film yang sukses meneror IQ penonton sampe ke titik terendah ini. Untukmu terbilang film dengan cerita yang flat dan serasa disyut untuk edar ditahun-tahun pertama indonesia bikin film layar lebar.

Nggak ada yang salah sama debut layar lebar sang sutradara. Cara nge-direct dia terbilang aman. Yang parah adalah hasil skenario yang sangat corny dan dipenuhi dialog super bodoh dari seorang seperti Asun Mawardi dan Nana G. Mulyana. Bahkan gue yakin, tahun 2003, tahun perilisan Untukmu, dimana gue juga udah hidup bahkan sudah mengenal mana film yang bagus dan mana film yang buruk, dialog antar karakter disini nggak sepantasnya diucapkan oleh seorang manusia, apalagi dengan ekspresi berlebihan yang jatuhnya nggak nyambung.

Nggak Cuma itu aja, masih ada daftar lain yang makin membuat Untukmu semakin terpuruk.

1. Departemen aktingnya sangat nggak meyakinkan. Faktapun berbicara, pemain yang sekarang masih terdengar namanya cuma Asty Ananta. Karena akting dia yang terbilang lumayan dari sederet bintang-bintang muda disini.

2. Nggak tau kenapa, cara kerja pikiran tokoh-tokohnya setingkat anak SD. Padahal jelas sekali setting disini adalah setting anak kuliahan. Lihat saja betapa absurd percakapan sehari-hari mereka.

3. Dubbing nya nggak meyakinkan. Entah kenapa mesti pake acara dubbing karena selain gak cocok sama muka, kadang suara cewek-ceweknya terdengar lebay.

Gue gak yakin pernah lihat ada film televisi se-nggak meaning film produksi creative motion picture ini ditivi. Serius. Film ini bahkan nggak pantes disebut ftv atau apapun itu. Mungkin lebih tepat dibilang film yang niatnya dibuat cuma buat rame-ramean dan diunggah diyutub, untuk kemudian dikasi dislike sebanyak-banyaknya. Nah, kayaknya baru itu yang masuk akal.

tapi dengan sangat baik, kali ini gue kasih nilai 1 untuk sebuah debut dari sutradara lulusan bla-bla-bla *males nyebut tempatnya lagi*. mungkin saat itu dia lagi kurang pengalaman tapi ngebet bikin film, jadi deh kayak gini hasilnya. beda lagi kalo dia cuma jadi produser aja. mungkin hasilnya akan lebih baik. itupun dengan catatan yang ngedirect bukan kloningan Nayato.

rating 1/10

http://www.smileycodes.info

Pupus [2011]


Kau bukan hanya sekedar indah, kau tak akan terganti...

Alasan pertama kali untuk menonton Pupus ada tiga. Satu, karena trailernya yang unik. Dua, teaser posternya yang membuat gue terlena—ya, gue salah satu dari sekian banyak orang yang suka melihat film dari posternya. Terakhir, karena ada Donita. Rasanya wajar saja jika ekspetasi gue begitu berlebihan. Gue suka film-film yang mampu menyentuh emosi, jadi nggak salah kan kalo gue berharap bakal tersentuh saat melihat keseluruhan film. Karena dari trailer berdurasi 2 menit itu saja sudah mampu membuat gue begitu terhipnotis. Lalu, bagaimana tanggapan setelah menonton film ini secara utuh?

Bercerita tentang Cindy (Donita) mahasiswa baru asal lampung yang kuliah jurusan teknik sipil dan perencanaan di sebuah perguruan tinggi ternama di jakarta. Dihari pertama ospek yang bertepatan dengan ulang tahunnya, secara kebetulan dia bertemu dengan Panji (Marcell Chandrawinata), senior di kampus yang juga berulang tahun, gara-gara dikerjain oleh salah satu panitia ospek yang bernama Eros (Ichsan Akbar). Dari pertemuan itulah muncul semacam chemistry diantara Cindy dan Panji. Akhirnya merekapun bisa cepat akrab dan saling jatuh cinta.

Tapi rupanya Panji bukan orang yang mudah ditebak. Hingga akhirnya Cindy malah jatuh pada pelukan cowok lain yang bernama Hugo (Arthur Brotolaras). Meski sebenarnya Cindy masih berharap bahwa Panji akan cemburu dan merebut hatinya kembali. Tapi semua sia-sia karena Panji masih tetep gak jelas dan egois. Lalu bagaimana nasib percintaan Cindy selanjutnya? Sanggupkah dia menaklukan keegoisan Panji atau memilih memupuskan semua harapannya?

Pupus adalah film kedua arahan Rizal Mantovani dibawah bendera Maxima Pictures yang tumben bikin film ‘bener’ setelah Jenglot Pantai Selatan yang sangat menyampah. Sedang untuk urusan naskah kembali dipercayakan pada Alim Sudio yang sudah berkali-kali berkerja sama dengan Rizal Mantovani dan Maxima Pictures. Lihat saja kolaborasi orang-orang ini dalam Ada Kamu, Aku Ada, Taring serta Air Terjun Pengantin.

Sebenarnya apa yang ditawarkan Pupus sederhana saja—jika nggak mau dibilang chessy dan corny khas film televisi kekinian. Tapi hal itu diperburuk oleh hal-hal yang bisa terbilang fatal dan menghancurkan isi fimnya sendiri. Cek daftar dibawah ini:

1. Pengeditan adegan yang kasar banget. Apakah ini hasil dari filmmaker yang sudah punya nama? Terlihat sangat amatir. Parahnya ada adegan yang mungkin salah peletakan tapi fatal dan sukses merusak cerita. Perhatikan adegan ketika Cindy dan Hugo datang ke kampus ketika baru pertama kali jadian. Tahu-tahu lokasi lalu berpindah di depan rumah Hugo dan terjadi percakapan yang kayaknya nggak penting. Setelah itu lokasi kembali lagi ke kampus dengan wardrobe yang masih sama sebelum adegan berpindah. Kalo masih bingung perhatikan rambut Donita antara scene dikampus dan didepan rumah Hugo.

2. Pencahayaannya norak. Lebay banget deh. Dan gejalanya udah kerasa dari mulai opening, tapi gue kira cuma itu aja, gataunya semakin durasi berjalan, warna gambar semakin silau men. Siang sama malam nggak bisa dibedain.

3. Timeline cerita nggak jelas. Coba perhatikan scene ketika Cindy pulang dugem. Kalo nggak salah kejadiannya pas ultah jam 12 malam. Anehnya, Panji datang ke kos Cindy dan menemukan temen sekos Cindy sedang berjalan sambil membaca buku. Emang belajar mesti jam 12 malem neng. Trus lagi, kenapa Panji dateng ke kos-kosan cewek tengah malam cuma buat ngasi hadiah celemek bertuliskan “Cindy The Lovely Chef”. Bukankah diawal adegan Cindy bilang ke Ibunya kalau kos-kosannya khusus cewek dan aman. Kenapa bisa selongar itu? What the..?

4. Dengan alur penceritaan maju, banyak banget hal-hal nggak penting yang dimasukin. Sehingga meninggalkan banyak lubang menganga yang harusnya bisa dimanfaatkan untuk menjelaskan beberapa plot hole itu. Contohnya: bagaimana kisah audisi paduan suara Cindy? kemana perginya Panji setelah berkencan dengan Cindy? Kenapa Cindy marahnya cuma gitu doang setelah ditinggal gitu aja? bagaimana kisah Hugo yang ketauan membawa cewek lain ke rumahnya karena tiba-tiba dia lenyap dan nggak muncul lagi.

Dan empat ‘kebaikan’ diatas makin diperparah dengan akting semua pemain dari utama sampe pelengkap yang so so standar. Bahkan Donita pun, mengingat fakta bahwa gue sangat berharap sama dia untuk bisa sedikit menolong film ini, malah berakting seperti apa yang biasa dia tampilkan di cinta fitri. Entah dia kurang bisa eksplor atau gimana, yang pasti Donita sangat membuang-buang bakat. Dimana dia dijatuhi peran utama, peran vital, tapi aktingnya kayak peran pendukung di Pocong Rumah Angker. Percayalah, bagian terbaik dari film ini memang hanya terletak di trailernya. Dimana Donita terlihat begitu all out.

Sebenarnya Pupus sangat berpotensi jadi drama tearjerker yang sukses mengeruk simpati penonton. Tapi sayang, semua gagal dieksekusi dengan baik. Gue malah nggak bersimpati sama sekali dengan tokoh Cindy dan Marcell. Malah gue rasa sudah cukup disiksa selama ada di dalam bioskop dengan cerita mereka yang sukses bikin gue galau plus mendadak migrain. Dan lebih bersyukur lagi ketika tiba-tiba muncul credit title dan lampu menyala.

rating 4/10

http://www.smileycodes.info

Batas [2011]


"Hidup bukan antara keinginan dan kenyataan. Tapi keinginan untuk menghadapi kenyataan..."

Bercerita tentang Jaleswari (Marcella Zalianty), seorang janda yang ditugaskan oleh perusahaan di Jakarta, tempat dimana dia bekerja, untuk menyelidiki kinerja program CSR bidang pendidikan di pedalaman Kalimantan yang putus tanpa kejelasan. Meski awalnya ragu mengingat dia tengah berbadan dua, Jales mencoba mengikuti kata hati dan mengambil tanggung jawab yang diberikan.

Saat sampai ditempat tujuan, setelah melalui medan yang berat, Jales bertemu dengan orang-orang yang akan membantunya beradaptasi dan mencari titik terang akar permasalahan yang dihadapi perusahaan. Seperti seorang guru muda bernama Amadeus (Marcell Domits) dan penjaga pos perbatasan antara Malaysia dan Indonesia bernama Arif (Arifin Putra). Dari Amadeus lah, Jales berkenalan dengan Panglima Adayak (Piet Pagau) dan menumpang tinggal dengan Nawara, istri Panglima, yang memiiki cucu bernama Borneo (Alifyandra). Dirumah Nawara, Jales juga bertemu dengan sosok gadis yang menjadi korban perkosaan di area perbatasan bernama Ubuh (Ardina Rasti). Ubuh sendiri tengah mengalami trauma psikis dan batin akibat kejadian yang menimpanya.

Lalu ada pula sosok Otig (Otig Pakis) dimana tindak tanduknya cukup mencurigakan sebagai tertuduh penyebab segala kejadian yang telah membawa Jales sampai harus berjuang sendiri masuk ke pedalaman. Dimana pola hidup masyarakatnya masih berpegang teguh pada adat istiadat setempat. Sanggupkah Jales bertahan dan menyelesaikan tugasnya?

Film yang naskahnya ditulis oleh Slamet Rahardjo berdasar ide dari Marcella Zalianty, pemain sekaligus produser filmnya ini, disutradarai oleh Rudi Soedjarwo. Heaven yeah, ini merupakan comeback dari Rudi pasca hiatus setelah menyutradarai film Hantu Rumah Ampera yang rilis tahun 2009 lalu. Dan setelah melihat hasil akhir filmnya, gue cukup terpesona dengan apa yang ditawarkan Rudi kali ini. Bukan film yang memakai sistem syuting 7 hari, tapi film yang dibuat dengan matang meski gue masih bingung sama karakter sutradara satu ini yang selalu berubah-rubah.

Dari segi departemen akting gue beri standing applause untuk kalian semua, bintang-bintang tua dan muda bersatu, saling menyajikan akting terbaiknya masing-masing karena terlihat dari penjiwaanya karakternya yang kuat banget. Terutama Rasti yang sukses membuat gue makin ngefans sama nih cewek setelah tergila-gila dengan akting bitchy dia di film Virgin. Serta kehadiran bintang-bintang baru seperti Marcell Domits dan Alifyandra ternyata mampu memberi highlite tersendiri.

Sayangnya, hal-hal baik diatas mesti diganggu dengan penceritaan film Batas yang terbilang lambat. Bahkan disaat-saat tertentu melemah dan tak tahu akan mengarah kemana. Ritme naik turun nggak jelas. Seperti kebingungan karakter Jales dalam mencari sumber masalah, disitu juga gue ikut kebingungan untuk menempatkan diri dan menikmati filmnya. Saat seharusnya pace film enak untuk diikuti, cerita malah berubah datar hingga kemudian kembali naik disaat gue sudah terlalu lelah menanti scene yang juntrungannya berakhir anti klimaks. Jadi jangan salahkan kalo akhirnya gue ngantuk :)

Gangguan kedua terjadi dengan penggunaan handheld yang membuat gue pusing setengah mati karena terlihat terlalu kasar. Mungkin karena medan saat syuting terlihat begitu berat. Jadi gue maklum jika akhirnya mesti diminimalisir dengan penggunaan kamera ini.

Dan guepun bertanya-tanya tentang arti judul Batas. Awalnya gue mengira ceritanya hanya berpusat tentang konflik dua belah pihak antara Indonesia dan Malaysia, yang mana memang sempat disinggung namun tak ubahnya hanya sekedar tempelan. ternyata Batas disini memiliki arti yang lebih universal. Yang mungkin akan kalian temui dikehidupan nyata. Tentang batas tanggang rasa, batas memiliki kemerdekaan dan batas-batas lain yang harusnya dimengerti dan digunakan sebagaimana mestinya.

At least, meski masih memiliki beberapa kekurangan, Batas tetaplah film indonesia yang layak tonton. Dan kalian harusnya bangga memiliki film 'berani mati' seperti ini. Bukan film yang muncul demi mengeruk keuntungan seperti yang sudah berkali-kali gue bahas sebelumnya.

Well, Batas mungkin bisa jadi nominasi kuat di ajang Festival Film Indonesia 2011 nanti. Atau akan lebih banyak berbicara di luar negeri jika penonton Indonesia tak mampu menghargai film yang dibuat dengan semangat film. Mari teman, lewati batasmu!

rating 5.5/10

http://www.smileycodes.info

Setan Facebook [2010]


Farah (Cindy Anggrina) adalah tipe cewek kuliahan alay masa kini yang demen update status-status nggak penting di facebook. Gara-gara hobi nggak worth it nya itu, dia sampe diusir sama dosennya dari kelas. Kejadian itu digunakan dengan baik oleh Tiar, sang musuh bebuyutan, untuk mengolok-olok Farah.

Keesokan harinya Farah sadar kalo status facebook-nya dibajak oleh seseorang. Dan cewek itu yakin banget kalo semua adalah ulah dari Tiar. Namun disaat akan melabrak, Cici (Maeeva Amin), teman Farah, menerima sms kalo Tiar ditemukan tewas secara nggak wajar dalam kamarnya. Semenjak itu, kejadian demi kejadian anehpun mulai memasuki kehidupan Farah. Sampai nyawa teman-temannya pun harus jadi korban. Farah yakin bahwa terror ini dilakukan bukan oleh manusia, melainkan setan facebook. Siapakah sosok dibalik setan facebook itu?

baru kali ini gue nemuin film horor indonesia yang lumayan oke dari segi cerita. eits, cukup bagian awal saja, seenggaknya gue udah sukses menikmati film setan facebook ini dengan damai. tapi setelah sepuluh menit berlalu, rasa nyaman yang dibangun hilang nggak berbekas. terima kasih untuk penulis skenarionya, M. Ilhamka Nizam dan Anggoro karena plot menjadi annoying, dipaksa untuk berhoror dan sadis nggak penting. ditambah dengan dialog corny binti maksa serta penampakan nggak perlu dari sosok setan yang bukannya menyeramkan tapi malah lucu (meski nggak selucu make up setan KKD sih). bahkan gue sudah nggak peduli dengan bumbu twist basi di penghujung film yang berakhir anti klimaks ini. atau mungkin menggantung. entahlah. itupun jika nanti benar akan ada setan twitter. yang dengan senang hati bakal gue lewatkan untuk menonton di bioskop karena udah males duluan kalo hasil film pertamanya aja kayak gini. pelis.

dari departemen akting diisi oleh wajah-wajah baru seperti boy hamzah, cindy anggrina, ricky ertan, sampe jehan sienna yang dimake over sehingga bertransformasi jadi setan facebook. sayang aja, semuanya berakting datar banget. nggak ada emosi yang bisa bikin gue yakin kalo ini film horor. apalagi menunjukan kalo mereka itu sedang main film.

dari segi visual efek, nggak ada yang spesial. yang ada malah unsur lebayisme, haha. entah kenapa masih jaman ada acara terbang-terbang kek gitu. dari scoring, ya ampun, ganggu banget. berisik. untung telinga gue gak kenapa-napa. coba kalo ada masalah, emang siapa yang mau tanggung jawab (eh, kok jadi curhat?). dan terakhir, dari segi penyutradaraan, hmm... bisa dibilang helfi kardit masih mencari-cari gimana trademark dia. kadang dia bisa nayato-wannabe ato bisa jadi dirinya sendiri. gatau juga deh. gelap.

at least, lewatkan film ini selagi sempet. sekian.

rating 1/10

http://www.smileycodes.info

Purple Love [2011]


Cerita bermula ketika Pasha akan melamar pacarnya, Lisa (Qory Sandioriva). Namun siapa yang menyangka kalo Lisa tiba-tiba memutuskan hubungan secara sepihak lewat telepon dan lebih memilih lelaki lain daripada menerima pinangan Pasha. Setelah kejadian itu, hidup Pasha hancur total. Membuat Maky, Rowman, Oncy dan Enda, sahabat karib yang bersama-sama mendirikan sebuah jasa advertise berlabel Heaven, kelimpungan. Berangkat dari hal itu, Maky mengusulkan teman-temannya untuk meminta bantuan pada klink cinta bernama Purple Heart.

Klinik Purple Heart ini dikomandoi sendiri oleh Thalita (Nirina Zubir), sosok cewek yang tak segan-segan membantu siapapun orang yang membutuhkan pertolongannya. Terutama soal cinta. Dan kali ini tugasnya adalah membantu Pasha yang patah hati, menyembuhkan luka-luka dihatinya. Bahkan kalo bisa membuka hati cowok satu itu untuk orang lain

Dari segi tema yang diambil, Purple Love sebenarnya sangatlah usang. Ide semacam ini pernah dilihat dalam Heart-Break.Com dan sederet rom-com luar negeri. Tapi tak ada salahnya, hal yang sah malah, toh yang penting bagaimana cara sang sutradara menyampaikan film ini secara utuh agar tampak berbeda dan menarik.

Ini adalah film ketiga Guntur Soeharjanto setelah debut lewat Otomatis Romantis. Menurut gue, nggak ada yang salah sama dia. Cara penyutradaraan oke-oke aja. Kesalahan fatal terletak pada skenarionya. Yup, limpahkan kekesalan kalian pada Cassandra Massardi yang membuat Purple Love sedemikian corny.

Satu jam pertama, ritme film masih mencari, tapi entah kenapa gue enjoy lihatnya. Pengenalan karakternya dapet dan begitu mudah menyatu. Tapi pada paruh kedua, cerita mulai lebay, kehilangan arah, dibumbui dengan dialog chessy, keklisean film Indonesia yang makin membuat bosan, serta hilangnya subplot menghibur seperti kisah cinta unik antara Oncy dan si cewek alay masa kini bernama Shelly yang diperankan dengan sangat outstanding oleh Kirana Larasati.

Belum lagi dipenghujung akhir ada sebuah twist nggak penting yang menurut gue nggak berguna. Mungkin niatnya mau menguras emosi penonton sampe titik terendah. Tapi hasilnya malah terkesan dipaksakan. Parahnya, Casandra melakukan kesalahan fatal dengan begitu asal memasukan bumbu penyakit mematikan tanpa riset. Seenggaknya kalo googling gak usah setengah-setengah. Ini film lho jeng, bukan komik buat anak SD.

Gak bisa dipungkiri kalo banyak yang bilang kehadiran Purple Love hanya taktik bisinis dengan menjual nama band yang lagi ‘in’ dikalangan remaja saat ini. Apalagi lagu-lagu mereka yang berisi lirik puitis begitu mudah dicerna serta harmonisasi nada catchy yang pas dibuat untuk menemani keadaan galau bisa membuat siapapun tiba-tiba mendadak jadi fans berat.

Tapi ternyata, anggapan itu nggak sepenuhnya benar. Memang, hadirnya personil ungu sebagai pemain utama, bisa menjadi magnet bagi fans berat mereka—entah apa nama sebutannya, sori, gue emang kuper, dan nggak minat cari tau untuk membuktikan bahwa gue fanatik ungu—yang bisa menarik keuntungan bagi filmnya sendiri. Tapi terlepas dari hal itu, debut akting Pasha cs. nggak mengecewakan, semua tampil lepas.

Soal akting, kita mulai absen dari Nirina. Peran yang dibawain istri Ernest Cokelat ini setipe sih. Nggak ada yang bisa ditonjolkan. Sudah terlalu biasa melihat dia berakting seperti ini. Tetap enak dilihat dan aman-aman aja. Kehadiran Qory, si putri indonesia 2009 nampak sia-sia karena akting dia sangat biasa kalo gak mau dikatain buruk. Bahkan misal yang main bukan dia, Purple Love tetap akan berjalan lancar. Kredit special plus big hug gue kasi buat Kirana Larasati yang unyu banget apalagi pas baca bagian SMS dia, belum lagi tingkanya yang emang gokil. Huahuahua… mantap deh.

At least, meski bagian yang menarik dari film ini cuma satu jam pertama, Purple Love tetep enak untuk dinikmati kok. Yah, nggak buruk-buruk amat deh. Terutama bagi fans berat ungu. Pasti bakalan heboh sendiri.

NOTE: menonton film ini adalah pengalaman menyenangkan. Terlepas dari gejala corny yang melanda, gue masih bisa tersenyum sampe film berakhir (bahkan ketike scene mendadak nge-blue), karena gue nonton sama puluhan abege labil yang sangat alay. Gimana nggak senyum kalo banyak yang teriak nggak iklas pas Pasha cium nirina, bahkan sampe teriak-teriak disaat yang nggak tepat. Emang lagi nonton film horror? Hahaha...

rating 5/10

http://www.smileycodes.info

Akibat Pergaulan Bebas 2 [2011]


Setelah nggak sukses-sukses amat melanjutkan marathon suster keramas pada sekuel pertama, findo purwono kembali mengarap sekuel film drama galau berbumbu esek-esek yang predesesornya disutradarai oleh om gue. Rasanya bagi elo yang uda sering mampir diblog paling nggak penting yang pernah ada di dunia ini, uda tau siapa yang gue maksud dengan sosok om disini, hehe.. oke lupakan si om-om karena kita bisa membahasnya nanti. Hemat energi untuk kembali mencela dia di film terbarunya yang berjudul tumbal jailangkung, yang beredar bulan depan—kata violensia jeanette sih gitu pas gue tanya di twitternya, secara dia juga ikut main di film ini.

Oke guys, jangan kayak orang kurang kerjaan pake tanya kalo film ini ada hubungannya dengan seri pertama ato nggak. Hell, seperti kebiasaan baru para filmmaker Indonesia saat ini, suka menjual judul film yang katanya laris (dari hongkong) untuk menambah pundi-pundi. And see it... usaha mereka bisa gue bilang tepat guna untuk mengeruk minat penonton (bodoh) yang mau-maunya dibegoin. Karena tentu saja, seperti biasa gue udah membuktikan dan langsung menyesal seketika. Menyesal kenapa nggak liat di VCD kalo entar filmnya rilis atau nggak usah nonton sekalian karena embel-embel dua dibelakang judul serta trailer dan sinopsis yang mengingatkan kita akan kasus video porno siapa-tuh-penyanyi-lupa-gue-namanya bareng siapa-tuh-model-pemain-film-penyanyi dan siapa-tuh-presenter-acara-gosip, pokoknya yang itu tuh…

Jadi kalo mau tau gimana jalan cerita film ini tinggal inget-inget kejadian di infotainment aja. Karena apa yang kalian tonton di tivi, bahkan di video mereka yang tersebar luas, lebih menarik daripada film ini. SERIUS!

1. akibat pergaulan bebas 2 memiliki premis kisah 3 artis lokal indonesia yang pasti malu gara-gara adegan ranjangnya terungkap luas di media, you know them so well who I mean. Karena kisah ini pernah happening berbulan-bulan diungkap kasusnya ditivi. Tapi sayangnya, alim sudio selaku penulis naskah sangat nggak banget. Dia nggak bisa memfiksikan kisah yang sebenarnya berpotensi untuk tampil menarik itu dengan segala pernak-pernik yang sudah disediakan oleh sang produser. Karena kisah yang dia tulis nggak ubahnya seperti kisah sinetron cinta fitri season pertama sampe akhir plus tambahan tersanjung ditumpuk-tumpuk. Boring, lebay dan kawan-kawan, semua jadi satu kayak lagu 3 diva.

2. diperparah dengan cara findo purwono selaku sutradara yang nggak segan-segan narsis di film ini, mengeksekusi naskah yang disajikan secara nggak meaning . Jadi klop deh sama naskahnya. Interpretasi yang gue sebutin di poin pertama sudah terealisasi seperti yang dibayangin. Alhasil, bukannya menarik, akibat pergaulan bebas 2 sangat-sangat membosankan dari awal sampe akhir!

3. para pemain nggak ada yang beres…

keith foo: sori kalo rasis or something like that, tapi gue benci banget sama artis negeri jiran satu ini. Dari pertama kali debutnya di layar lebar Indonesia sampe sekarang, sangat annoying number one. Aktingnya always kaku kek action figure Robocop yang dijual di toko barang bekas. Udah gitu cara ngomongnya—seperti kebanyakan artis dari negara tetangga sebelah kita ini—sangat nggak enak didenger. Gue heran sama produser-produser yang pernah pake jasa dia. Apa gitu yang ada di mereka. Kayak kekurangan artis negeri sendiri aja!

leylarey lesesne: gue sempet speechless liat dia di awal-awal karir sebagai anak kesayangan om gue. Tapi lama-lama, eneg juga. Acting dia nggak pernah berkembang. Yang berkembang cuma modal dia berani buka-bukaan. Padahal jelas banget kalo hal itu nggak bisa dibanggain!

lia aulia, rocky jeff, aming, tasya djerly nggak ada yang bisa dilihat selain sangat sinetron, dari ekspresi yang sengaja di close up seolah-olah lagi ngapain plus adegan-adegan lain yang sangat mengganggu. Dan yang paling aneh, penampilan peran figuran, dua cowok look alike maho, terlihat sangat lebay sekali. Baru kali ini gue tau ada akting figuran selebay itu. Pelis!

4. tata musik sangat lemah. Nggak ada feel yang gue rasain. Nggak ada gereget ditiap adegan, semua flat!

Kesimpulan akhir, nggak kayak predesesornya yang you know how, gimana kualitas film om gue, akibat pergaulan bebas 2 berada satu tingkat lebih baik dari segi cerita kalo saja, gue ulang, kalo saja nggak terlalu bertele-tele. Dari segi penyutradaraan yang maunya nayato-wannabe juga sangat mengganggu dengan efek kerlap-kerlip lampu yang nggak berhasil direkam dengan baik serta letak editing blur yang menganggu. Jadi kalo mau ditanya mana yang lebih oke, gue harus ngaku kalo seri pertama lebih bagus jika dibandingin sama hasil findo purwono yang kayaknya lagi gak niat bikin film. Liat aja nanti, film ini bakal cepet ilang dan mudah dilupakan. Sama kayak seri pertama yang katanya laris (dari hongkong) itu.

Review: Akibat pergaulan Bebas

rating 1/10

http://www.smileycodes.info

Di Kejar Setan [2009]


Film besutan sutradara yang biasanya bikin film anak-anak ini, sebenernya uda dari jaman gak enak rilis di jaringan 21. tapi entah kenapa baru muncul versi DVD/VCD nya awal mei lalu. Mungkin karena alasan takut nggak ada yang mengoleksi, makanya butuh pemikiran ekstra pintar gimana cara menjual film sampah ini. Makanya deh, dengan bangga di kejar setan mengandeng distributor film ternama, yang selalu ngerilis home video bermutu yahud, jive collection, untuk setidaknya menjual film ini memakai nama istimewa jive. Haha, ini cuma asumsi gue loh. Pelis dong, kayaknya nggak banget aja, jive sampe mau-maunya ngedarin film kancut kek gini. Dan sekarang,saatnya membantai film ini.

1. cerita film ini sangat C.E.L.A.N.A.D.A.L.A.M! haha, gue gak becanda guys, tapi isinya ternyata sampah juga, sampah juga. Premisnya memakai premis film horror lokal yang udah jutaan kali dipake. Gerombolan remaja – syuting film – ada penampakan – mati! Klise banget kan?

2. poin pertama diperparah dengan skenario bikinan sang sutradara nya yang bertele-tele dan nggak jelas mau dibawa kemana. Awal cerita sih oke, catet, awalnya aja. Iya 5 menit pertama. Tapi setelah itu, wow, gue udah mau pingsan seketika.

3. poin kedua diperparah dengan akting bintang-bintangnya yang naudzubillah, komplit merusak film. Ada yang over lebay, nggak niat, kurang ekspresif. Haduh, apa seeeh? Apalagi cewek yang make wig tuh, sumpah ya muka loe kagak nahan. Pengen gue cedukin ke tembok tau gak. Lebay jaya deh pokoknya. Males gue litatnya, kenapa sih skenarionya nggak bikin dia mati awal-awal, ato kebagian peran jadi hantu yang mati diperkosa itu deh. Belum lagi wignya yang kayak wig ully artha. Bikin gue pengen muntah.

4. poin ketiga diperparah dengan durasi yang lamaaaaaaaaa banget. Gini deh, udah tau bintang-bintang baru ini gak bakat akting, tapi tetep aja dipaksa, yang tampak di layar malah adegan-adegan nggak penting yang makin lama makin nggak meaning karena artis yang mainin kayaknya perlu sekolah akting dulu ke Zimbabwe (itupun kalo disana ada). Bahkan penampilann djenar maesa ayu dan indra bekti kelihatan cuma numpang kentut doang.

5. poin ke empat diperparah dengan cara penyutradaraan harry dagoe suharyadi yang FTV banget. Eh lebih parah malah! Levelnya setara kayak film laga gak jelas di indosiar. cuma levelnya agak gue naikin keatas dikit. ya, paling nggak 5 menit pertama adalah alasan gue menaikan levelnya. meski versi panjang 5 menit itu ternyata... beuh, no komen dah!

6. poin kelima diperparah dengan scoring yang asal masuk, ibaratnya ngedit pake windows movie maker. Nggak tepat timing dan kadang motongnya sembarangan. Padahal jujur aja, soundtrack yang dimasukin lumayan enak. Ear catching didengerin pas lagi mau bobo. Untungnya, gue nggak ketiduran.

7. poin diatas makin diperparah dengan poster yang, o em ji, adik gue yang umurnya 3 tahun bikin gitu doang kayaknya bisa deh.

Intinya, sungguh kesia-siaan gue menonton film ini. Harusnya nggak usah aja kalo tau gini doang alias nyampah. Rasanya nggak masalah kalo film ini ngga rilis bentuk home video mengingat hasil akhirnya satu tingkat diatas KKD. Iya, satu tingkat karena gue yakin harry dagoe bisa bikin film lebih dari ini. Mungkin pas bikin film ini dia lagi mabuk, jadi hasilnya pun pantas dimuntahin.

Rating 1/10

http://www.smileycodes.info

Cinta 2 Hati [2010]


Cinta 2 hati adalah film produksi kedua wanna b pictures setelah sukses dengan bukan cinta biasa di tahun 2009. dan kali ini, sama seperti strategi sebelumnya, kembali memperkerjakan anak emas mereka, afgan, sebagai pemeran utama, bukan hanya guest star seperti di film pertama. Mungkin karena saat itu karir afgan nampak begitu kemilau, jadi tak salah jika dikatakan aji mumpung. Tapi bukan sekedar aji mumpung. Karena toh afgan yang berperan sebagai alfa ternyata bisa juga berakting meski masih kaku.

Film yang skripnya ditulis dan disutradarai oleh benny setiawan, pemenang sutradara terbaik versi festival film indonesia 2010 ini bercerita tentang kisah klasik yang tak berhenti didaur ulang oleh ribuan film baik lokal maupun internasional. Tapi meskipun tema usang, bisa jadi hal yang berbeda kalo cara pengolahan ceritanya terbilang menarik dan nggak asal. Lalu bagaimana dengan hasil film ini?

Cerita dimulai dengan penyusupan jane (olivia Jensen) ke rumah seorang superstar yang sangat dia gilai bernama alfa. Sejak itu, dengan bantaun sang kakek (deddy mizwar) yang begitu memanjakan, ditambah dengan sifatnya yang memang mau menang sendiri, jane seolah-olah punya akses lebih dalam mengaet alfa untuk menjadi pacarnya.

Alfa yang supersibuk dengan show-show nya jelas merasa terganggu dengan kehadiran jane yang entah nongol darimana karena tiba-tiba mengganggu hidupnya. Parahnya, kehadiran jane juga merusak hubungannya dengan laras (tika putri), mahasiswa biasa yang selama ini menjadi pacaranya. Awalnya laras mencoba untuk mentolerir kelakuan alfa yang tampak menikmati kedekatannya dengan jane. Tapi saat jane memintanya untuk berbagi ‘hidup’ dengan alfa, laras jelas tak bisa menerima begitu saja. Sampai sebuah kenyataan mengharuskan dia berbagi hati. Atau laras akan menyesal seumur hidup.

Mungkin kalo dijabarkan,  tampak berbeda, tapi premis singkat akan mengingatkan kita dengan film affair milik nayato. Tapi tenang saja, film ini nggak selebay film besutan sutradara seribu nama itu kok.

Dari segi penyutradaraan gue acungin jempol buat benny setiawan. Gue suka cara dia mengambil gambar secara pas serta bagaimana lihai menyajikan scene demi scene yang berwarna hingga begitu memanjakan penonton tanpa berlebihan.

Dari segi akting yah, okelah, semua bermain aman dan sesuai karakter. Afgan yang jadi diri sendiri, tika putri yang lumayan plin-plan, olivia yang childish banget serta deddy mizwar yang memberi kesan dewasa untuk teen flick galau kayak gini.

Dari segi scoring juga okelah, penempatan lagunya tampak pas sama adegan yang ditampilkan.

Tapi sayang sungguh sayang, ada beberapa part yang bagi gue lumayan annoying. Terutama ketika gue lihat penempatan ‘iklan’ yang nggak pada tempatnya dan lumayan ngeganggu. Iklan sih boleh ya, gue tau film butuh untuk menutupi bujet, tapi plis, harus bisa dimanage dong biar kesannya natural dan nggak beneran kayak iklan minuman ditivi-tivi gitu.

Lalu scene antara kakek jane dan sopirnya di balkon. entah kenapa terlalu preachy dan dibuat-buat. Bikin gue sedikit sangsi, ini film religi atau drama romantis sih? Apalagi durasinya lumayan lama padahal kalo gue bilang sih nggak usah terlalu lebay gitu. toh nggak membawa sumbangsih untuk keseluruhan cerita.

soal mood karakter yang naik turun dan plin-plan. Gue nggak tau ini karena keberhasilan akting  para pemain atau guenya yang gak sreg, entah kenapa gara-gara hal itu gue jadi bosen lihat dan teriak dalam hati: “INI FILM KAPAN SELESAI SIH?”. nggak ketinggalan ending yang anti klimaks makin membuat gue bilang kalo film ini ternyata sama aja kayak drama galau lainnya.

terakhir, gue rada risih sama judul filmnya yang gak jelas. cinta 2 hati atau cinta 2 hati dilema? kalo dilema hanya sebuah tagline, harusnya nggak usah dimasukin di opening title karena lumayan ganggu. toh judul cinta 2 hati sudah cukup mewakili.

anyway, cinta 2 hati sebenarnya bisa jadi film yang menyentuh kalo saja alur penceritaan, perubahan karakter serta dialog yang agak chessy nggak membuatnya tampak seperti 100 episode sinetron yang digabung jadi satu dalam durasi hampir 2 jam.

rating 4/10

http://www.smileycodes.info
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...